Music

Ayo Ke lunyuk

SUMBER FOTO: https://www.instagram.com/jelajahlunyuk/

SUMBER ARTIKEL: http://ukikifli.blogspot.com/2014/12/sejarah-desa-geranta-kecamatan-lunyuk.html

Kecamatan Lunyuk terletak di ujung selatan Pulau Sumbawa, penduduk disana sangat beragam dan sebagain dari mereka adalah pendatang. Penduduk di Lunyuk hidup berkelompok sesuai dengan sukunya, ada yang dari Lombok, Bali, Jawa, bahkan ada juga warga China.


Sebagian besar penduduk Lunyuk adalah petani dan pedagang. Lahan pertanian sangat subur bahkan sebagian besar supply hasil bumi yang ada di Kabupaten Sumbawa berasal dari Lunyuk. Yang menarik di kecamatan Lunyuk; ada sebuah perkampungan yang terdiri dari perantauan dari Bali yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali. Di Lunyuk mereka sudah memiliki Pura yang sangat megah sebagaimana yang ada di Pulau Bali.


BRANG BE


Brang Be (dalam bahasa Sumbawa : brang = sungai, kali, be = besar), adalah nama sungai yang terbesar di NTB, terletak di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa terbentang dari Utara ke Selatan bermuara di Samudra Indonesia. Sebagai sungai yang besar terdapat banyak lubuk-lubuk yang dalam yang di huni berbagai jenis ikan al, hiu (pakek), pari, babonga, jerjat, serpi, arwana (kemang dangar),empa tana, ipin (sejenis teri), bung, kosar, udang, belut (tuna), dan berbagai jenis siput (siso, jampurang, tudai, se, sako).


Bahkan buaya banyak sekali dan sering makan korban hewan ternak dan manusia. Di dalam yang berupa pasir dan endapan lumpur disepanjang pinggir sungai, banyak terdapat kakulat gersik (jamur), dan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan sayur seperti garoso, peria, dll. Keadaan Brang Be masa lampau seperti tersebut di atas, kini tinggal kenangan. Akibat ulah tangan manusia yang tidak memelihara kekayaan alam sebagai rahmat Tuhan, masyarakat Kecamatan Lunyuk sekarang tinggal bernostalgia tentang kenyamanan masa lalu. Jika dulu mereka pemasok berbagai jenis kekayaan alam Lunyuk ke pasar di kota, kini sebaliknya mereka malah menjadi pembeli minyak kelapa, telur, ikan, dll dari kota.


Terlepas dari punahnya buaya dan berbagai jenis kekayaan dalam sungai dan daratan. Juga keadaan kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan meningkat dibandingkan keadaan masa lampau yang didinabobokan (dimanjakan) alam yang sangat kaya dan ramah. Dengan adanya pembangunan irigasi teknis Dam Palara dan adanya prasarana dan sarana perhubungan, lalu lintas ekonomi menjadi lebih lancar, prasarana dan sarana komunikasi yang membawa keterbukaan, maka wajah Lunyuk yang diapit oleh dua buah sungai yaitu Brang Be dan Brang Ode kini sedang berproses menuju peralihan perkotaan.


Pada zaman dulu di kawasan Brang Be ini sudah dikenal adanya kekuasaan tradisional yang penguasanya terdiri dari “tau karong” (orang kesatria, pendekar), berturut-turut dari wilayah Utara sampai bagian Selatan terdapat nama-nama tau karong wilayah kekuasaannya sbb:

Ali Keke – Batutara
Rembit Patih – Jelapang
Jaena – Tamalung
Marece – Be
Galim – Lunyuk
Pekat – Selam
Pin Kanga – Bilamate
Selain tau karong (satria) tersebut di atas, juga terdapat demung Be bernama Ahmad (Rato). Baik Ahmad (Rato) dan para tau karong tersebut di atas, masih dapat diketahui keturunannya yang ada di lunyuk sekarang, demikian juga bukti sejarah lainnya berupa makam-makam mereka al. makam Rembit Patih terdapat di Jelapang, Desa Lunyuk Rea.


Sejarah Wilayah


Berdasarkan asal usul turun temurun leluhur, dari keturunan kedatuan Mangan, yang mana dari tanah hutan atau hutan Adat di bagi dalam bentuk penguasaan atau pengolahan dengan di atur oleh pola pengaturan berdasarkan hukum adat - Dimana proses pengaturannnya, tanah sawah di atur untuk pertanian menanam padi, dan tanah kebun untuk perkebunan, keputusan ini di atur oleh hukum Adat dengan cara bersama-sama yang adil dan merata - Tanah yang keramat atau yang di kramatkan tidak boleh di ganggu gugat - Membuka ladang atau yang biasa di ssebut komunitas marau adalah sistem penebangan pohon dengan menggunakan kapak atau batek ( parang ) hal ini lebih kepada pohon yang kecil.


SEJARAH SINGKAT KOMUNITAS MASYARAKAT ADAT LUNYUK


Ringkas sejarah Seperti apa yang telah dikemukakan dalam buku sejarah Sumbawa yang di tuliskan oleh Lalu Maca pada tahun 1984” Sumbawa pada masa lampau” sajian buku ini banyak menceritakan tentang penduduk lama atau kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Sumbawa, seperti di bagian lembaran tengah buku menceritakan tentang penduduk Sumbawa yang paling tua. Ks Viah sejarah menceritakan bahwa penduduk yang paling tua ada di bagian pantai selatan Sumbawa, pantai selatan yang di maksut adalah Selesek ( Dewa Datu Awan Maskuning ) Cek Bocek Selesek Ren Suri atau Suku Berco saat ini, Granta Tanganam, Nangka Lanung, Pekasa dan komunitas alinnya Kedatangan Datu Mangan Di Wilayah Selatan Sumbawa Datu mangan bedasarkan saksi sejarah hidup msyarakat geranta di Emang bahwa rombongan Datu Mangan datang ke pulau Sumbawa dengan menggunakan perahu layar bangka kapal, yang berlayar dari kerajaan goa pada sekitar abad ke 14 atau sekitar tahun 1499.


Rombongan Datu mangan ini berjumlah 40-orang, di dalam bangka tersebut bercampur aduk kepercayaan ada yang beragama Islam dan Hindu Datu mangan ini mendarat di pantai momil bagian selatan Kecamatan Lunyuk sekarang ini. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menyisir wilayah pantai, menginappun di pasir pantai. Wilayah Geranta yang posisi masih menjadi hutan yang lebat, Datu Mangan bersama rombongannya mencoba untuk menyisir ke wilayah pegunungan yakni memilih Geranta sebagai tempat tinggal mereka. Geranta ini pada awalnya sudah ada penduduk yakni bangsa manusia kanibal yang tidak mengerti atau paham Agama hanya percaya kepada apa yang di anggap memilik kelebihan gaib, ada yang menyembah batu , pohon, angin, air atau binatang lainnya, istilah bahasa Granta ini adalah Goran Talo artinya dari bangsa perampok yang mengasingkan diri untuk sifat sementara, selanjutnya dikatakan “Goran Talo” mengalami kekalahan atas perlawanan Perlawanan Datu Mangan Dengan Geranta/Goran Talo Dengan taktik perang dan perlawanan yang di lakukan oelh rombongan Datu Mangan dibawah kepemimpinan Datu Mangan sendiri, akhirnya Geranta ini di lakukan untuk di kuasai dan apabila dari goran tersebut tidak mau pindah atau pilihan untuk bersatu maka pilihan ternatif adalah dibunuh.


Dan pada akhirnya penduduk kecil Geranta ini atau Goran Talo ini di ajak bersatu bagi yang mau bersatu dan yang tidak akan di usir bahkan dibunuh oleh rombongan Datu Mangan Setelah beberapa tahun kemudian Datu Mangan membentuk pemerintahan secara hukum Adat, nama kepemerintahannya adalah Palanung Adat. Palanung Adat ini sama dengan istilah sekarang adalah kepala Adat yang sebagai pemegang kendali kekuasaan tertinggi. Penguasaan wilyahpun di kembangkanlah untuk membentuk persawahan secara perladangan, seperti Sampar goal, Lenang peleler, Sampak Lok, Tiu dali, Alot Batu gantis, erat inyir, erat katujir, orong telaga,kuan sea, ruak batu anar, ruak batu adang, batu talat,malau, balengkong, orong tebit, orong sepang, unter panuja, sampar bontonh, tiu baru, berang sisi, dan daerah-daerah lain wilayah kekuasaan Geranta dibawah kepemimpinan Datu Mangan ini kurang lebih 20.000 Ha yang di tandai secara hukum adat. Pada Tahun 1500-an Tahta Adat Mulai Dibangun Tahta adat mulai di bangun dan membentuk kelembagaan Adat pemerintahan Adat sendiri dengan diberikan nama “Padring Adat” kekuasaan dibawah pemerintahan Adat, Hukum adat mulai berjalan konsep kewilayahan mulai ditata dan di bangun rapi. Semua wilayah Goran tersebut ditata rapi kembali dan mulai pula untuk membangun perumahan, perkebunan, perladangan yang walaupun sistem berpindah-pindah. Padring Adat mulai dijalankan dan di terapkan sebagai dasar hukum sehari hari, pengembangan agama hindu mulai di tanam di warga adatnya. Datu Mangan yang beritri demi dan anaknya yang bernama “Buang” Buang ini adalah anak pertama Datu Mangan Yang sangat di manjakan, namun mempunyai kelebihan yaitu sudah tertanam dari kecil cerdik cerdas dan pandai memutuskan perkara.

Akan tetapi memiliki sifat yang bandel tidak mau mengikuti ajaran bapaknya, lalu di buang ke pulau Lombok sampai di pulau Lombok mulailah belajar agama Islam. Buang pada saat dia berumur 20-an tahun sudah pandai mengaji dan mengamalkan ayat alqur’an, akhirnya beberapa tahun ia di lombok kemudian pulang ke Geranta untuk mengembangkan Agama Islam, agama Islam di upayakan untuk di tinggalkan perjuangan Buang pun berhasil, seluruh masyarakat Granta memeluk Agama Islam. Kepmimpinan buang di geranta tahun 1580-1788 Kepemimpinan Buang cukup lama, karena disini terjadi dualisme kepemimpinan petama memimpin dengan menggunakan sistem keagamaan ke Islaman dan kedua menggunakan sitem Hukum Adat palanung dibawah padring Adat. Di saat bersamaan waktu Buang ini, sering keluar mengelilingi Nusantara untuk memperdalam kembali ilmu keagamaannya, sehingga untuk melanjutkan ajaran Islam dan menerapkan hukum Adatnya adalah dibawah Padring Bonong. Dinamakan Bonong karena akalnya, sering suka bohong dan mengakali para anak cucu Adatnya, permainan anak-anak lahir dan tercipta oleh Bonong ini.


Bonong dan buang kurang lebih 208 tahun, kemudian Buang Wafat pada umur 75 tahun Buang memimpin dengan mengembangkan konsep Islam menanamkan ahlak dan akidah. Karna pada prinsipnya Agama sebagai pondasi dasar dalam hidup. Buang mengatakan ini adalah hakekat hidup adalah sesungguhnya di akhirat kelak pembelajaran Agama Islam mulai pelan-pelan di terapkan degan membuka pendidikan Al Qur’an. Dimasa inilah perkembangan Islam di wilayah Geranta, Tanganan, Pekasa dam sekitarnya. Di tambah dengan pengaruh kekuatan ke Islaman Raja Qurain dari Pekasa, semakin lama semakin padat penduduknya dan berdatangan pula dari daerah-daerah lain Dimasa Kepemimpinan Kerong Kerong mewarisi kekuasaan Adat di mulai dari tahun 1788-1805, Kerong ini dinamakan Kerong karena orangnya keras dan beringas yang sangat di takutkan pleh penduduk Adat Geranta dan sekitar lainnya, kekuatan gaya dan pola kepemimpinan yang sangat beda, masing-masing memiliki gaya tersendiri .

Dalam masa kepemimpinannya Kerong berusia ±75 tahun. Tahun 1840-1875 Kepemimpinan Badong Kepemimpinan dari keturunan ke-4 ( empat ) Datu Mangan ini , adalah mengembangkan kepemimpinan dengan sistem penciptaan pengembangan ekonomi, wilayah-wilayah kekuasaan Geranta itu di ciptakan untuk kesejahteraan konsep kemandirian, banyak tantangan dan cobaan karena konsep kegiatan ekonomi perdagangan dan sistem bartener mulai di coba, istilah geranta “Lalo Badea” karena Geranta ini terkenal dengan hasil hutan yang cukup banyak seperti Kemiri, kelapa, nangka, mangga dan hasil alam lainnya, silih berganti berdatangan para pedagang-pedagangan lainnya Bandu memerintah adat 1815-1875 Menurut riwayat para tau lokak adat kami. Bahwa kisah umur Bandu ini sampai 74 tahun, dimasa inilah pengaruh-pengaruh kerajan-kerajaan dan kedatuan. kalangan kebangsawan berdatang untuk mencari dan pertukaran budaya, bahkan ceritanya pengaruh-pengaruh compeni pun datang. Manca Kepala Adat dari tahun 1931 – sekarang ini Manca yang saat ini berumur 80 tahun yang lahir pada tahun 1931 di Geranta, dimasa papen manca, banyak terjadi bergejolak dan pengaruh-pengaruh kekuasaan maupun raja-raja kecil di nusantara semakin padat, sehingga kekukasaan-kekuasaan kerajaan lain yang mencoba untuk mempersatukan wilayah Geranta dengan Kerajaan lainnya. Namun Papen manca tetap tidak mau, masih di ingat dalam benaknya di saat disaat berumur 8 tahun perjalanan pemindahan paksapun di lakukan. Pepen Manca mengikti gerak-gerak dan pada ayahnya dan keluarganya agar tidak terjadi pertumpahan darah maka pemindahanpun terlaksana. Maka masyarakat adat yang ada di Geranta dipindahkan ke Emang, namun secara asal usul turun tenurun tetap menguasai wilayah Geranta.

Selanjutnya membentuk perkampungan baru di Emang yang di tempatkan sekarang menjadim induk komunitas Geranta, waktu itu posisi Emang masih menghutan, kemerdekaan 1945 di nikmati di Emang. Mustafa Bin Manca, adalah anak dari Papen Manca, yang merupakan keturunan asli Geranta yang mewarisi hak ulayat ( Iar lamat Geranta ) saat ini, yang secara turun temurun Adat istiadat yang sebelumnya menjadi hak ulayat sampai sekarang ini dikuasai oleh keturunan asli Geranta. Tetap dalam konteks adat istiadat di jalankan untuk kehidupan sehari-hari Saksi hidup sejarah ; Papen Sila/Stengon, Papen H sadik, Papen Ibo, H.Tarau dan lain-lainnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.