Renungan Juma’at : Mengatasi masalah kekeringan
Bagian penting dalam kehidupan manusia adalah pengabdian kepada sang kuasa. Ketika tugas itu tidak terlaksana maka ada konsekuensi yang harus dialami oleh siapa saja yang meninggalkannya. Apa yang kita alami sekarang ini adalah suatu pelajaran besar yang mesti kita perhatikan dengan seksama.
Kekeringan, musim kemarau panjang, cuaca panas extrem, dan musibah-musibah yang lainnya sudah banyak menimpa kita sebagai manusia. Dengan diterpa nya masyarakat lunyuk oleh kondisi kekeringan mengakibatkan kondisi perekonomian terganggu, masyarakat yang mayoritas adalah petani jagung tak dapat berbuat apa apa dengan kondisi tersebut. Dampak nya adalah keuangan yang menipis dan akibatnya adalah mereka harus berhutang ke warung warung dan toko toko. Akibatnya banyak warung dan toko mengalami Devisit sehingga mereka tidak mampu lagi Menyediakan barang untuk dijual. Bukan sekedar itu, bank dan lembaga simpan pinjam lainnya pun sudah tidak semudah dan semurah dahulu. Mereka cenderung mempersulit dan memperketat regulasi nya dalam hal pinjaman. Hal tersebut banyak dari nasabah mereka yang samapai sekarang belum membayar hutangnya di bank tersebut.
Dampak yang sangat mengerikan dari kejadian tersebut suatu saat akan terjadi kelaparan dan akan menambah jumlah kemiskinan. Jika hal tersebut terjadi, maka bahaya terbesarnya adalah akan merajalelanya peraktek yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang seperti pencurian, perampokan dan perbuatan perbuatan keriminal lainnya. Dan yang akan terjadi adalah kualitas sosial yang akan semakin memburuk.
Maka sebagai manusia, kita diberikan akal untuk memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah ini. Namun sebelum kita masuk pada penyelesaian masalah, yang paling penting adalah mengetahui akar masalah.
Masalah mendasar dari penomena tersebut adalah tidak turunnya hujan tepat pada waktunya. Jauh dari itu, ketika berbicara masalah hujan, berarti ketika berbicara tentang kehendak dari Zat Yang Maha besar. Dalam firman Allah :
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Dalam tafsir jala lain menjelaskan bahwa Dialah yang telah menjadikan) menciptakan (bagimu bumi sebagai hamparan), yakni hamparan yang tidak begitu keras dan tidak pula begitu lunak sehingga tidak mungkin didiami secara tetap (dan langit sebagai naungan) sebagai atap (dan diturunkan-Nya dari langit air hujan lalu dikeluarkan-Nya daripadanya) maksudnya bermacam (buah-buahan sebagai rezeki bagi kamu) buat kamu makan dan kamu berikan rumputnya pada binatang ternakmu (maka janganlah kamu adakan sekutu-sekutu bagi Allah), artinya serikat-serikat-Nya dalam pengabdian (padahal kamu mengetahui) bahwa Dia adalah pencipta, sedangkan mereka itu tidak dapat menciptakan apa-apa, maka tidaklah layak disebut dan dikatakan tuhan.
Bagian terakhir ayat tersebut, Allah mengancam bagi orang orang yang menyambah atau menggantungkan hidupnya kepada selain Allah. Ketika manusia telah menciptakan sekutu sekutu selain Allah maka konsekuensinya menurut ayat tersebut adalah Allah akan berkehendak sesuai dengan kehendak nya untuk memberikan azab kepada orang orang tersebut. Dan azab yang memiliki korelasi dalam ayat ini adalah Allah akan menahan hujan dan menahan tumbuhnya buah buahan dari perut bumi sehingga akan menimbulkan kekurangan Rizki dan akan menimbulkan masalah masalah kemanusiaan yang lainnya.
Ada tindakan tindakan manusia yang secara implisit dilakukan oleh mereka adalah menjurus kepada kesyirikan, yaitu bagaimana mereka menjadikan tujuan hidupnya bukan kepada Allah Dan menjadikan kehidupan duniawi mereka adalah segalanya bagi mereka.
Sehingga yang terjadi adalah mereka berusaha sekuat tenaga dan sepenuh hati dan melakukan apapun untuk Mencapai tujuan duniawi mereka sampai meninggalkan kewajiban kewajiban mereka.
Allah adalah zat yang berkehendak terhadap hujan, dan dengan sebab hujan itulah tumbuh segala macam tumbuh tumbuhan yang akan mencukupi kebutuhan manusia. Namun kebanyakan manusia hari ini tidak pandai bersyukur. Ketika diberikan hujan dan Rizki yang melimpah ruah mereka lupa akan kewajibannya sebagai hamba. Kita bisa melihat kondisi tersebut, tahun lalu ketika hujan turun dengan lebatnya, setiap masyarakat dengan berbagai profesi berbondong bondong untuk meramaikan sawah dan ladang mereka. Sementara masjid masjid banyak yang sepi dari sholat berjamaah. Malahan tidak sedikit mereka yang meninggalkan sholat. Rumah rumah mereka sepikan, anak anak berkeliaran tidak terurus dan melakukan kemaksiatan akibat tidak ada perhatian dari orang tua karena sibuk dengan jagung mereka. Ketika mereka sudah memanen, saat itu mereka berlomba membangun istana megah, memenuhi rumah dengan perabotan perabotan, memanjakan diri dengan kegiatan kegiatan yang menghambur hamburkan uang. Sementara zakat mereka Lupakan, orang miskin terlantarkan, masjid masih banyak belum diselesaikan, madrasah masih sangat perlu perhatian.
Sabda Rasulullah :
“Dan tidak ada suatu kaum yang menahan zakat melainkan Allah menahan hujan untuk mereka.”
“ Allah Ta’ala berfirman,
{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).
Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti “kerusakan” yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.
Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi berkata, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah Ta’ala)”.
Imam asy-Syaukaani ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan bahwa perbuatan syirk dan maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta”
Oleh karena itu, Setiap lapisan masyarakat harus memiliki Andil dalam menyelesaikan masalah yang mendasar ini. Masalah yang mendasar adalah kita tidak pandai dalam bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada Allah Subhanahuwata’ala malah yang terjadi adalah kita lalai terhadap kewajiban kewajiban kita. Hal yang perlu kita lakukan hari ini adalah bagaimana kita saling mengingatkan antara satu sama lain karena menurut Allah adalah masyarakat yang terbaik itu adalah masyarakat yang saling mengingatkan untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan Kemaksiatan.
Terlebih para aparat pemerintah aparat desa aparat kecamatan itu harus banyak bergerak turun tangan untuk menghimbau masyarakat agar jangan jauh kepada agama jangan jauh kepada Allah Subhanahuwata’ala dan pemerintah harus menjadi fasilitator untuk bagaimana masyarakat mampu menjalankan ajaran agama mereka masing masing dengan maksimal. Pemerintah bukan hanya sekedar mendukung dan menghimbau kegiatan kegiatan masyarakat yang positif akan tetapi perlu juga regulasi yang menjurus kepada amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Dan solusi dari permasalahan ini adalah :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Arti: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Maksud dari ayat tersebut adalah Demikianlah siksa yang dijatuhkan Allah atas mereka yang durhaka, dan sekiranya penduduk negeri yang Allah kisahkan keadaan mereka atau selain mereka beriman kepada apa yang dibawa oleh rasul dan bertakwa, yakni melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, pasti Allah akan melimpahkan kepada mereka berkah, yaitu pintu-pintu kebaikan dari segala penjuru; langit dan bumi, berupa hujan, tanaman, buahbuahan, binatang ternak, rezeki, rasa aman, dan keselamatan dari segala macam bencana, serta kesejahteraan lahir dan batin lainnya, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat dan rasul-rasul Allah, maka Allah siksa mereka disebabkan kekufuran dan kemaksiatan yang terus menerus mereka kerjakan. Ketaatan akan membawa nikmat dan keberkahan, sebaliknya, kekufuran mendatangkan laknat dan kesengsaraan. Karena kedurhakaan dan kebejatan mereka yang sedemikian parah, sampai-sampai mereka merasa tidak mungkin terkena sanksi Allah, maka kepada mereka diajukan pertanyaan yang mengandung kecaman, apakah penduduk negeri-negeri itu mengira bahwa mereka merasa aman sehingga tidak khawatir dari kedatangan siksaan Allah yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur lelap'.
Dan solusi dari permasalahan ini adalah :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Arti: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Maksud dari ayat tersebut adalah Demikianlah siksa yang dijatuhkan Allah atas mereka yang durhaka, dan sekiranya penduduk negeri yang Allah kisahkan keadaan mereka atau selain mereka beriman kepada apa yang dibawa oleh rasul dan bertakwa, yakni melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, pasti Allah akan melimpahkan kepada mereka berkah, yaitu pintu-pintu kebaikan dari segala penjuru; langit dan bumi, berupa hujan, tanaman, buahbuahan, binatang ternak, rezeki, rasa aman, dan keselamatan dari segala macam bencana, serta kesejahteraan lahir dan batin lainnya, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat dan rasul-rasul Allah, maka Allah siksa mereka disebabkan kekufuran dan kemaksiatan yang terus menerus mereka kerjakan. Ketaatan akan membawa nikmat dan keberkahan, sebaliknya, kekufuran mendatangkan laknat dan kesengsaraan. Karena kedurhakaan dan kebejatan mereka yang sedemikian parah, sampai-sampai mereka merasa tidak mungkin terkena sanksi Allah, maka kepada mereka diajukan pertanyaan yang mengandung kecaman, apakah penduduk negeri-negeri itu mengira bahwa mereka merasa aman sehingga tidak khawatir dari kedatangan siksaan Allah yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur lelap'.
Tidak ada komentar