Masyarakat Lombok selayaknya menjadikan Nama bandaranya BIZAM bukan BIL. Kenapa???
Oleh : Ust. M. Faidul Akbar S.s., M.Ag
Diupload oleh tim Tursina-Pers
Nahdlatul
Wathan sebagai organisasi terbesar di Lombok bahkan di Nusa Tenggara Barat
telah banyak berjasa dalam membangun
tanah air lebih-lebih di Pulau Lombok. Pembangunan
manusia dengan adanya madrasah NW di setiap penjuru adalah menjadi bukti yang
paling otentik bahwa organisasi Nahdlatul Wathan layak menjadi Icon pulau Lombok. Bukan sekedar itu, pendiri Nahdlatul Wathan
Al-Magfurulah Maulanassyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid secara formal oleh Negara
telah dinobakan sebagai Pahlawan nasional, dan ini adalah suatu kebanggaan yang
patut disyukuri oleh masyarakat pulau Lombok bahwa ada putra terbaiknya (dan
satu-satunya) mendapatkan penghargaan tertinggi Negara.
Pada
tanggal 5 September 2018 keluarlah surat keputusan Menteri Perhubungan tentang Ketetapan
penggantian nama baru Bandara
Lombok . Dalam surat tersebut disebutkan penggantian nama
Bandara Lombok dari BIL (Bandara Internasional Lombok ) Menjadi BIZAM (Bandara
Internasioanl Zainuddin Abdul Majid) yang mendapatkan persetujuan dari Dewan
Perwakilan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Gubernur Nusa Tenggara Barat,
Mejelis Adat Sasak, dan didukung dengan Keputusan Presiden Indonenesia Nomor
115/TK/Tahun 2017 tentang penganugerahan gelar pahlawan nasional.
Namun,
pergantian nama bandara Lombok tidak semulus yang difikirkan. Meskipun telah
menadapat dukungan dari semua pihak, ada segelintir orang dan segelinti orang tersebut
menyebut diri mereka sebagai perwakilan masyarakat Lombok tengah menolak
pergantian nama bandara tersebut dengan alasan yang tidak jelas.
Segelintir
orang tersebut termasuk bupati Lombok tengah dengan pengaruh dan kekuasaannya
ia kerahkan pendukungnya untuk bersuara menolak perubahan nama bandara
tersebut. Sang bupati bersama-sama dengan Sekertaris daerah Lombok tengah,
Organisasi perangkat daerah serta ASN dan pendukung-pendukungnya yang lain
melakukan unjuk rasa menolak pergantian nama bandara.
Sungguh
disayangkan sikap dari segelintir orang tersebut. Pencekalan perubahan nama
bandara dengan nama sosok yang bukan saja adalah seorang pahlawan nasional
namun juga merupakan ulama karismatik dunia yang dikenal secara internasional,
telah mencoreng nama baik pulau Lombok sebagai pulau yang dikenal dengan seribu
masjidnya. Seharusnya, pulau yang mayoritas masyarakatnya beragama islam ini
seharusnya bangga bahwa ulama’ nya akan disebut oleh semua orang.
Juga,
sebagai seorang muslim yang ahlussunnah wal jamaah, harusnya kita yakin bahwa penamaan
bandara Lombok dengan nama ulama tersebut tidak akan menambah dan mengurangi
kemuliaan ulama tersebut, Akan tetapi akan menambah kebarokahan kepada pulau Lombok
itu sendiri.
Jika
belajar dari daerah lain, mayoritas bandara di Indonesia dinamakan dengan nama
Pahlawannya. Bandara-bandara internasional yang memakai nama bandara dengan
nama pahlawan Antara lain:
1.
BANDA
ACEH : Bandara Sultan Iskandar Muda
2.
RIAU
: Bandara Sultan Syarat Kasim II
3.
BATAM
: Bandara Hang Nadimu
4.
JAKARTA
: Bandara Soekarno-Hatta :
5.
BANDUNG
: Bandara Hussein Sastranegara
6.
BALI
: Bandara Ngurah Rai
7.
BALIKPAPAN
: Bandara Sultan Aji Makmur Sulaiman
8.
BANJARMASIN
: Bandara Syamsudin Noor (BDJ)
9.
PONTIANAK
: Bandara Supadio
10.
MAKASSAR:
Bandara Sultan Hassanuddin
11.
SOLO
: Bandara Adisumarmo
12.
SEMARANG
: Bandara Achmad Yani
13.
SURABAYA
: Bandara Juanda
14.
YOGYAKARTA
: Bandara Adi Sucipto
Nama-nama
bandara di atas adalah beberapa bandara internasional. Kalau kita mengambil
bandara-bandara domestik atau nasional maka banyak lagi nama bandara di Indonesia
ini yang diambil dari nama pahlawan.
Pergantian
nama bandara Lombok menjadi nama dari
seorang pahlawan dari Lombok seharusnya
oleh masyarakat Lombok diniatkan sebagai rasa syukur kita atau perilaku terimakasih
kita kepada sosok yang berjasa dari Lombok. Masyarakat Lombok harus melihat ini
sebagai penghormatan kita kepada orang yang telah berjasa kepada daerahnya. Lebih
dari itu, ini juga sebagai pelajaran yang sangat penting kepada anak cucu kita
kelak agar dapat menghargai orang yang telah berjasa, dan juga pelajaran bagi
kita dan anak cucu kita agar dapat mengambil contoh dalam perjuangan.
Sentiment
keberpihakan digaungkan sebagai isu penolakan pergantian nama bandara. Seolah-olah,
jika nama bandara BIL diganti dengan nama BIZAM maka yang memiliki bandara ini
hanyalah orang NW saja. Bukankah logika ini adalah logika orang bodoh. Ini adalah
alasan yang tidak mendasar. Dan perlu kita-sebagai orang yang normal- patut curiagai,
dengan alasan yang tidak jelas ini, untuk menolak nama bandara yang memiliki pegangan
dan dasar yang cukup kuat, pastilah isu ini ada hubungannya dengan politik
semata. Namun kami tidak akan berbicara sampai disitu.
Ada juga
yang berpendapat bahwa BIL itu sudah pantas karena mewakili seluruh masyarakat Lombok,
karena kalau BIZAM hanya mewakili satu kelompok saja. Ini pemikiran yang kurang
bjikasana, bandara yang ada di Lombok tengah bukan hanya untuk orang Lombok saja
tapi untuk NTB atau untuk semua rakyat Indonesia. Hanya kebetulan saja
tempatnya di Lombok tengah.
Di beberapa
media nasional mereka yang menolak mengatakan bahwa “perubahan nama bandara terkesan
dipaksakan”. Ada juga yang mengatakan “ perubahan bandara ini terkesan politis”.
Stetmen-stetmen seperti ini yang muncul di beberapa media nasional yang
harusnya menimbulkan tanda Tanya. Apa yang membuat mereka takut, apakah mereka
takut Nahdlatul Wathan ini menguasai Lombok. Atau apakan mereka takut kalah
lagi karena keberpihakan politik NTB di pilgub yang lalu tidak berpihak kepada
mereka.
Tidak ada komentar